LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI
RESPIRASI PADA SERANGGA (JANGKRIK)
DISUSUN:
CHAIRUNNISAH (NISN 9965380246)
SMAN 1 BOLO
Tahun ajaran
2014-2015
KATA PENGANTAR
Puji syukur
kehadirat Allah SWT atas petunjuk, rahmat, dan hidayah-Nya, saya dapat
menyelesaikan Laporan Pratikum biologi tentang respirasi pada serangga
(jangkrik) tanpa ada halangan apapun sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Laporan pratikum
biologi yang telah saya susun ini dibuat dalam rangka memenuhi ujian pratikum
Sekolah
Dengan ini saya
menyadari bahwa Laporan ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya
bantuan dari pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, pada kesempatan ini tidak
lupa juga saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu saya dalam kegiatan praktikum biologi maupun dalam penyusunan Laporan
ini.
Ucapan
terimakasih yang sebesar-besarnya Saya sampaikan kepada :
- Bapak Saidin S.Pd, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMAN 1 BOLO.
- Bapak
Anas S.Pd selaku guru pembimbing
biologi kelas XII
- Bapak
Abdollah S.Pd selaku guru pembimbing biologi kelas XI
- Ibu
Fatmah S.Pd selaku guru pembimbing biologi kelas X
- Bapak
Ovan Pramana Putra S.Pd selaku guru pembimbing biologi kelas X
- Orang
Tua tercinta yang mana telah membantu kami dalam segi material maupun
dalam segi motivasi selama dalam penyusunan Laporan ini.
- Dan
semua pihak lain yang telah ikut serta memberikan bantuan dan dorongan dalam
proses penyelesaian Laporan Praktikum biologi.
Saya menyadari
bahwa Laporan ini masih jauh dalam kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan Laporan ini.
Akhir kata, saya
mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan Laporan ini terdapat
banyak kesalahan. Semoga Laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis
Laporan ini dan pada umumnya bagi para pembaca.
Rato, Maret 2015
Penyusun
Penyusun
Chairunnisah
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………..……………………………………………………2
DAFTAR ISI……………………………….…………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….………………………4
A.
LATAR BELAKANG……………………………………..………………………4
B.
TUJUAN PRATIKUM…………………………………………………………….4
C.
MANFAAT PRATIKUM…………………………………...……………………..4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………….………………5
BAB III METODELOGI PRATIKUM……………………………………….……………8
A.
ALAT DAN BAHAN…………………………………………………..……………8
B.
CARA KERJA………………………………………………………...…………….8
BAB IV TABEL HASIL
PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN………………………9
A.
TABEL PENGAMATAN………………………………………………….……….9
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap makhluk hidup pasti bernapas. Bernapas adalah proses memasukkan
serta mengeluarkan udara ke dan dari dalam tubuh. Udara yang dimasukkan itu
mengandung oksigen, sedangkan udara yang dikeluarkan mengandung karbondioksida
serta uap air. Oksigen yang masuk digunakan tubuh untuk melakukan proses
respirasi, yaitu proses pemecahan zat-zat makanan untuk menghasilkan energi. Energi
tersebut digunakan makhluk hidup untuk melakukan seluruh aktivitas
kehidupannya. Selain menghasilkan energi, respirasi juga menghasilkan
karbondioksida dan uap air yang akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui
proses bernapas. Pada setiap mahkluk hidup (manusia dan vertebrta)Dalam
pernapasan di lakukan dua tahap :
a. pertukaran gas dari udara luar atau udara bebas ke dalam sel-sel darah
pada jaringan epitel selaput aveolus.pertukaran gas ini di kenal dengan Pernapasan
luar atau respirasi eksternal
b. pertukaran gas daari sel-sel darah dalam kapiler dengan sel-sel jaringan
tubuh. Pertukaran gas ini di kenal dengan Pernapasan dalam atau Respirasi
internal
Respirasi secara umum merupakan salah satu gejala fisiologis makhluk hidup
untuk memperoleh energi dengan cara pembongkaran sari makanan melalui
pengambilan oksigen (O2) dan pengeluaran karbondioksida (CO2).
Di dalam praktikum ini, akan dijelaskan bagaimana pernapasan atau respirasi
pada hewan yakni belalang.
B. Tujuan Praktikum
Tujuan praktek ini adalah untuk mengetahui faktor banyak sedikitnya oksigen
yang diperlukan oleh hewan pada saat bernapas per satuan waktu.
C. Manfaat Praatikum
Beberapa manfaat yang bisa kita peroleh
dari percobaan/penelitian yang kita lakukan yaitusebagai berikut.
Bagi siswa → Manfaat
bagi siswa dengan adanya penelitian/percobaan ini yaitu pengetahuan siswa
tentang faktor banyak sedikitnya oksigen yang diperlukan oleh hewan pada saat
bernapas per satuan waktu dan system pernapasan atau respirasi pada hewan.Ø
Bagi guru → Manfaat bagi
guru melalui penelitian/percobaan ini yaitu guru dapat mengetahui tingkat
pemahaman siswa akan cara melakukan uji praktek dalam hal ini mengenai
pernapasan atau respirasi pada hewan yakni belalang.Ø
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bernafas merupakan salah satu ciri dan aktivitas makhluk hidup. Istilah
pernafasan sering di sama artikan dengan istilah Respirasi, walau sebenarnya
kedua istilah tersebut secara harfiah berbeda. Pernafasan (breathing) berarti
menghirup dan menghembuskan nafas. Bernafas berarti memasukkan udara dari
lingkungan luar ke dalam tubuh dan mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke
lingkungan luar. Sedangkan respirasi (respiration) berarti suatu proses
pembakaran (oksidasi) senyawa organik (bahan makanan) di dalam sel guna memperoleh
energi.
Pada hewan – hewan tingkat tinggi terdapat alat untuk proses pernafasan,
yakni berupa paru – paru, insang atau trakea, sementara pada hewan – hewan
tingkat rendah dan tumbuhan proses pertukaran udara tersebut dilakukan secara
langsung dengan difusi melalui permukaan sel–sel tubuhnya. Dari alat
pernafasan, oksigen masih harus di angkut oleh darah atau cairan tubuh ke
seluruh sel tubuh yang membutuhkan. Selanjutnya oksigen tersebut akan
dimanfaatkan untuk oksidasi di dalam sel guna menghasilkan energi.
Respirasi bertujuan untuk menghasilkan energi. Energi hasil respirasi
tersebut sangat diperlukan untuk aktivitas hidup, seperti mengatur suhu tubuh,
pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi. Jadi kegiatan pernafasan dan respirasi
tersebut saling berhubungan karena pada proses pernafasan dimasukkan udara dari
luar (oksigen) dan oksigen tersebut digunakan untuk proses respirasi guna
memperoleh energi dan selanjutnya sisa respirasi berupa gas karbon dioksida
(CO2) dikelurkan melalui proses pernafasan.
Karena hewan-hewan tingkat rendah dan tumbuhan tidak memiliki alat
pernafasan khusus sehingga oksigen dapat langsung masuk dengan cara difusi,
maka sering kali istilah pernafasan disamakan dengan istilah respirasi. Dengan
demikian perbedaan kedua istilah itu tidak mutlak.
Untuk bernafas, hewan-hewan tertentu memiliki alat pernafasan. Alat-alat
pernafasan tersebut berperan dalam proses pemasukan oksigen dari lingkungan
luar ke dalam tubuh serta pengeluaran CO2 dari tubuh kelingkungan luar.
Alat-alat pernafasan pada hewan berbeda-beda sesuai dengan perkembangan
struktur tubuh dan tempat hidupnya. Hewan darat menggunakan paru-paru untuk
bernafas dan pada kelompok burung, paru-paru dilengkapi dengan kantong udara.
Pada katak dewasa selain menggunakan paru-paru juga menggunakan kulit untuk
membantu pernafasan. Hewan yang hidup diperairan (hewan akuatik), misalnya ikan
dan udang mempunyai insang. Serangga umumnya mempunyai alat perrnafasan berupa
trakea dan hewan invertebrata yang lain memiliki organ yang berbeda pula.
Alat pernafasan hewan pada dasarnya berupa alat pemasukan dan alat
pengangkutan udara. Apabila alat pemasukan ke dalam tubuh tidak ada, maka
pemasukan oksigen dilakukan dengan cara difusi, misalnya pada protozoa. Pada
cacing tanah, oksigen masuk secara difusi melalui permukaan tubuh, kemudian
masuk ke pembuluh darah. Di dalam darah, oksigen di ikat oleh pigmen-pigmen
darah, yaitu hemoglobin yang larut dalam plasma darah. Pada hewan lain,
hemoglobin terkandung di dalam sel darah merah (eritrosit).
Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi oleh tubuh
per satuan waktu. Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena
respirasi merupakan proses ekstrasi energi dari molekul makanan yang bergantung
pada adanya oksigen. Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam
respirasi dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 → 6 CO2 + 6H2O + ATP
Oksigen atau zat asam adalah adalah unsur kimia dalam sistem tabel periodik
yang mempunyai lambang O dan nomor atom 8. Ia merupakan golongan unsur kalkogen
dan dapat dengan mudah bereaksi dengan semua unsur lainnya. Pada temperatur
standar, dua atom berikatan menjadi dioksigen, yaitu senyawa gas diatomik
dengan rumus O2 yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a. Ketersediaan substrat. Tersedianya
substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi.
Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan
laju yang rendah pula. Demikian sebliknya bila substrat yang tersedia cukup
banyak maka laju respirasi akan meningkat.Ketersediaan Oksigen. Ketersediaan
oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut
berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada
tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak
mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan
untuk berrespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
b. Suhu. Pengaruh faktor suhu bagi laju
respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi
respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada
masing-masing spesies.Tipe dan umur tumbuhan. Masing-masing spesies tumbuhan
memiliki perbedaan metabolsme, dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk
berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan
laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula
pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan.
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trachea yang
berfungsi untuk mengengkut dan mengedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengangkut
dan mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trschea memanjang dan bercabang-cabang menjadi
saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu,
pengangkutan O2 dan CO2 dalam system ini tidak membutuhkan bantuan sitem
transportasi atau darah.
Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di
kanan-kiri tubuhnya. Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea
yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa.
Pada serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan
terjadi karena adanya pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara
teratur.
Trakea adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda lainnya.
Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar
(eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris
yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh.
Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan
menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka
selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat.
Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara
dari spirakel menuju pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea
bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat
mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak berlapis
kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran
gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai
fungsi yang sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada
vertebrata.
Sistem pernafasan pada serangga mengenal dua sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Digunakan alat/organ yang disebut spirakulum (spiracle), juga tabung-tabung trakhea dan trakheola. Tekanan total dari udara sebenarnya merupakan jumlah tekanan gas N2, O2, CO2 dan gas-gas lain. O2 sendiri masuk ke dalam jaringan dengan satu proses tunggal: adanya tekanan udara dalam jaringan. Tekanan O2 dengan demikian harus lebih besar daripada tekanan udara dalam jaringan, sebaliknya tekanan CO2 dalam jaringan harus lebih besar dibanding yang ada di udara.(lihat gambar sel respirasi). Laju diffusi diukur dengan rumus 1/d (sebagai suatu peristiwa diffusi pasif).
Sistem pernafasan pada serangga mengenal dua sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Digunakan alat/organ yang disebut spirakulum (spiracle), juga tabung-tabung trakhea dan trakheola. Tekanan total dari udara sebenarnya merupakan jumlah tekanan gas N2, O2, CO2 dan gas-gas lain. O2 sendiri masuk ke dalam jaringan dengan satu proses tunggal: adanya tekanan udara dalam jaringan. Tekanan O2 dengan demikian harus lebih besar daripada tekanan udara dalam jaringan, sebaliknya tekanan CO2 dalam jaringan harus lebih besar dibanding yang ada di udara.(lihat gambar sel respirasi). Laju diffusi diukur dengan rumus 1/d (sebagai suatu peristiwa diffusi pasif).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
Dalam praktikum ini, kami diberi tugas untuk mengidentifikasi proses
respirasi pada serangga yaitu Belalang serta mengamati proses respirasi dengan
menggunakan respirometer. Setelah belalang tersebut melakukan proses respirasi
di dalam respirometer dan terlihat pergerakannya lalu mencatat proses respirasi
tersebut beserta keterangannya serta disusun dalam suatu Laporan Praktikum.
Sebelum melakukan praktikum terlebih
dahulu kita menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Setelah apa yang
dibutuhkan telah siap maka kita dapat melakukan praktikum dengan pertama-tama
menangkap serangga yang akan diamati yaitu Belalang. Kemudian dimasukkan ke
dalam respirometer yang sebelumnya telah di beri Kristal KOH dan dilapisi oleh
kapas. Setelah dimasukkan ke dalam respirometer kemudian pada sambungan atau
tutup respirometer diolesi vaselin/plastisin supaya udara dari luar tidak masuk
ke dalam respirometer dan setelah itu pada ujung respirometer ditetesi larutan
eosin, kemudian mengamati pergerakan larutaan eosin ke arah belalang dan
mencatat berapa cm per menitnya di lembar praktikum guna bahan menyusun laporan
praktikum.
A. Alat dan Bahan :
1. Respirometer sederhana
2. Timbangan/Neraca lengan tiga
3. 2 ekor jangkrik/ serangga lain.
4. Kristal NaOH/KOH
5. Eosin
6. Vaselin/plastisin
7. Kapas
8. Pipet/siring/alat suntik
B. Cara Kerja
1. Timbang masing-masing belalang/serangga,
catat beratnya
2. Bungkus kristal NaOH / KOH dengan
kapas, lalu masukan dalam tabung respirometer
3. Masukkan 1 (satu) belalang yang telah ditimbang beratnya ke
dalam botol respirometer, kemudian tutup dengan pipa berkala.
4. Oleskan vaselin plastisin pada celah
penutup tabung.
5. Tutup ujung pipa yang berskala dengan jari
± 1 menit, kemudian lepaskan dan masukkan setetes eosin dengan menggunakan
pipet/alat suntik (siring).
6. Amati dan catat perubahan eosin (
setelah masuk garis skala ) pada pipa berskala setiap 2 menit selama 10 menit (
5 kali dicatat )
7. Lakukan percobaan yang sama (no 1 sampai
dengan 7) dengan menggunakan belalang yang berbeda (lain)
BAB IV
TABEL HASIL PENGAMATAN
DAN PEMBAHASAN
A. Table pengamatan
Data Hasil Pengamatan
NO
|
Organisme
|
Berat (gr)
|
Skala kedudukan Eosin per 2 menit
|
Rata2
|
Aktifitas organisme
|
Ket
|
||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
||||||
1
|
Jangkrik
|
0,45 gr
|
0,12 ml
|
0,23 ml
|
0,29 ml
|
0,36 ml
|
0,4 ml
|
0,28 ml
|
Bergerak
|
-
|
2
|
Jangkrik
|
0,05 gr
|
0,25 ml
|
0,4 ml
|
0,5 ml
|
0,59 ml
|
0,65 ml
|
0,49 ml
|
Bergerak
|
-
|
Pertambahan sakala pada tiap 2 menitnya
NO
|
Organisme
|
Berat (gr)
|
PERTAMBAHAN TIAP 2 MENITNYA
|
Rata2
|
Aktifitas organisme
|
Ket
|
||||
I
|
II
|
III
|
IV
|
V
|
||||||
1
|
Jangkrik
|
0,45 gr
|
0,12 ml
|
0,11ml
|
0,06 ml
|
0,07 ml
|
0,04 ml
|
0.08 ml
|
Bergerak
|
-
|
2
|
Jangkrik
|
0,05 gr
|
0,25 ml
|
0,15 ml
|
0,1 ml
|
0,09 ml
|
0,06 ml
|
0,13 ml
|
Bergerak
|
-
|
Catatn : 1 skala kecil sama dengan 0,01 ml
Pertanyaan :
1. Apa yang menyebabkan kedudukan eosin pada
pipa berskala berubah?
Jawab : Yang menyebabkan yaitu hewan tersebut
menghirup oksigen dalam pipa skala itu. Karena serangga dalam respirometer
menghirup udara O2 melalui pipa berskala sehingga cairan eosin dapat bergerak
2. Apa pengaruh berat tubuh organisme dengan
jumlah/perubahan kedudukan eosin pada pipa berskala?
Jawab: Pengaruh berat tubuh organisme, semakin berat
tubuh organisme (jangkrik/belalang) maka akan semakin membutuhkan oksigen
sehingga semakin cepat respirasinya, jika berat organisme (jangkrik/belalang)
ringan maka semakin sedikit oksigen yang dibutuhkan sehingga makin lama
respirasinya.
3. Apa pengaruh aktifitas organisme dengan
jumlah/perubahan kedudukan eosin pada pipa berskala?
Jawab: Organisme yang melakukan aktivitas memerlukan
energi. Jadi pengaruhnya yaitu, jika semakin tinggi aktivitasnya, maka semakin
banyak kebutuhan energinya, sehingga pernafasannya semakin cepat.
4. Berapa oksigen yang dibutuhkan oleh masing-masing
organisme?
Jawab: oksigen yang dibutuhkan jangkrik pertama adalah
0,08 ml , dan jangkrik ke2 adalah 0,13 ml
5. Apa fungsi kristal NaOH/KOH dalam percobaan tersebut?
Jawab: Fungsi dari larutan ini adalah untuk mengikat CO2,
sehingga pergerakan darilarutan eosin benar-benar hanya disebabkan
oleh konsumsi oksigen. Adapun reaksiyang terjadi antara KOH dengan CO2
adalah sebagai berikut: KOH
+ CO2 → K2CO3 + H2O
6. Buatlah analisis dan kesimpulan?
Jawab: Berdasarkan percobaan yang saya lakukan didapatkan analisis data pengamatan
yang berupa kenaikan dan penurunan laju pernafasan pada percobaan.
Pada
percobaan pertama yang saya lakukan di 2 menit pertama pada jangkrik yang
bertubuh kecil didapatkan perpindahan titik eosin yang menujukkan skala 0,12 ml
dengan perlakukan yang sama di menit yang ke-4 menunjukkan skala 0,23 ml
yang mana terjadi pertambahan 0,11 ml lalu di menit ke -6 eosin bergeser ke
0,29 ml yang mana terjadi pertamabahan sebesar 0,06 ml dari 2 menit sebelumnya,
saya mengujinya lagi di menit ke 8 yang mana masih terjadi laju perpindahan
tinta menunjuk ke skala 0,36 ml yang juga terjadi pertambahan sebanyak 0,07 ml
dari skala awal. Untuk pengujian di menit ke 10 saya melihat masih terjadi
pergerakan eosin dari skala 0,36 ml menuju ke skala 0,4 ml dengan pertambahan
skala 0,04 ml. Dapat dilihat perubahan pertambahan skala dari yang awalnya
besar menuju ke pertambahan yang sedikit yaitu dari menit ke 2 sampai menit ke
10 ; dari 0,12 ml ;0,11ml;0,06 ml; 0,07 ml; 0,04 ml terjadi penurunan skala
Pada
percobaan ke kedua saya melakukan hal yang sama dengan percobaan yang pertama
dengan tempat, bahan dan alat yang sama saya melakukan pengujian tetapi dengan
object yang berbeda yaitu jangkrik yang ukurannya lebih besar, pada 2 menit pertama
saya melihat skala yang di tunjukkan oleh eosin adalah 0,25 ml pada menit ke 4 saya
melihat pergerakan eosin menuju ke skala 0,4 ml yang mana terjadi pertambahan
0,15m. Pada menit ke -6 saya mengamati lagi dan eosin menunjukkan skala 0,5 ml
sehingga terjadi pertambahan 0,1ml pada menit ke-6. saya mengamati kembali di
menit ke-8 eosin menunjukkan skala 0,59ml itu menunjukkan pertambahan sebesar
0,09ml yang kemudian di menit ke 10 saya mengamati eosin menunjukkan skala 0,65
dan terlihat pertambahan sekitar 0,06 ml. Untuk ukuran jangkrik yang besar ini
analisis data menunjukkan penurunan juga yaitu dengan skala dari
0,05ml;0,25ml;0,15ml;0,1ml;0,09ml;0,06ml.
Maksud dari penggunaan KOH berbentuk kristal pada percobaan diatas ini adalah
sebagai pengikat gas hasil respirasi dari serangga yaitu gas CO2 yang dihembuskan ke ruangan
respirometer. Penggunaan eosin pada percobaan dapat menunjukkan skala oksigen
yang di gunakan pada proses respirasi jangkrik. Yang mana oksigen di dalam respirometer
tersebut dapat dihitung dari skala yang ada melalui pergerakannya. saat eosin bergerak maka dapat
diketahui jika jangkrik sedang mulai bernafas atau menghirup O2 bebas yang tersedia di
respirometer. Kecepatan pernafasannya per 2 menit dapat dilihat dari pergerakan
yang ada pada titik awal skala sampai titik akhir skala . Pada keduanya
jangkrik yang besar ataupun yang kecil laju pernafasannya melambat setelah
menit ke 6 sampai ke 10 ini diakibatkan oleh kondisi O2 yang semakin
lama semakin berkurang di ruang respirometer. Pada jangkrik yang bertubuh besar
kebutuhan oksigennya lebih banyak dapat dilihat dari data pengamatan skalanya
jauh lebih cepat di banding jangkrik yang bertubuh kecil. Disini massa atau
berat tubuh jangkrik sangat mempengaruhi. Semakin besar tubuh jangkrik atau
organisme maka semakin banyak O2 yang
dibuthkan untuk proses respirasi berarti ukuran tubuh berbanding lurus dengan
kebutuhan oksigen.
KESIMPULAN
Dari percobaan saya lakukan dapat di simpulkan beberapa hal terkait dengan
pernafasan pada jangkrik yaitu;
1. Jankrik bernafas dengan menghirup
oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.
2. Fungsi dari KOH dalam percobaan
adalah untuk mengikat gas buangan karbondioksida dari pernafasan jangkrik.
3. Fungsi eosin pada percobaan sebagai
petunjuk laju kecepatan pernafasan.
4. faktor – faktor yang mempengaruhi pernafasan
pada jangkrik adalah ukuran atau berat
badan tubuh jangkrik, ketersediaan oksigen yang cukup dalam ruangan
(respirometer), suhu ruangan.
DAFTAR PUSTAKA