PIAGAM
GUMI SASAK: SEBUAH SIMBOL JATI DIRI KEBUDAYAAN SUKU SASAK
Tanggal 26
Desember 2015 adalah peristiwa bersejarah bagi kebudayaan yang ada di NTB,khususnya masyarakat Sasak, Samawa, dan mbojo. Pada tanggal itu berkumpul
tokoh-tokoh
masyarakat dari tiga kebudayaan tersebut untuk
merumuskan semacam sebuah pernyataan sikap yang bertempat di aula Museum Negeri
Nusa Tenggara Barat, Lombok. Pernyataan sikap
itu dirumuskan sebab keberangkatan dari kegundahan dan kegalauan tentang konsep
kebudayaan yang selama ini semakin mengarah pada konsep yang salah dan tak
tentu arah. Fenomena yang terjadi adalah banyaknya isu-isu miring tidak
mengenakan yang tertulis maupun terlisankan mengenai kebudayaan Sasak, Samawa,
dan Mbojo tanpa adanya konfirmasi terlebih dahulu kepada pemilik kebudayaan itu
sendiri. Salah satunya permasalahan yang tejadi yaitu aksi saling serang
pendapat/ cek-cok antartokoh agama mengenai pemikiran tentang kebudayaan sasak.
Maka pada tanggal 26 Desember 2015 lalu beberapa tokoh dari tiga kebudayaan
tersebut berkumpul untuk mencetuskan sebuah pernyataan sikap.
Tokoh-tokoh
masyarakat Sasak saat itu adalah satu-satunya ikon kebudayaan yang berani
memproklamirkan pernyatakan sikapnya, sehingga saat itu hanya menghasilkan satu
pernyataan sikap yang dikenal dengan sebutan Piagam Gumi Sasak.
Harapannya, di beberapa bulan kemudian tokoh-tokoh masyarakat dari Samawa dan
Mbojo juga akan segera mencetuskan hal yang sama, akan tetapi sampai saat ini
belum terlaksana juga. Hal ini tidak diketahui apa penyebabnya. Apakah
dikarenakan belum adanya dukungan dari pihak berkepentingan lainnya maupun
dukungan dari pemerintah. Tetapi yang jelas, pada tanggal 26 Desember 2015
tokoh -tokoh masyarakat Sasak secara independen tanpa bantuan pemerintah
mencetuskan pernyataan sikapnya, yang disebut sebagai Piagam Gumi Sasak.
Berikut ini isi naskah dari Piagam Gumi Sasak.
PIAGAM
GUMI SASAK
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM
Menjadi bangsa Sasak adalah amanah yang harus
dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT, dan generasi mendatang. Menunaikan
amanah Sasak itu sejatinya merupakan matarantai sejarah kemanusisaan, melalui
simbol-simbol yang diletakkan kedalam pemikiran bangsa Sasak yang
terhampar di Gumi Paer. Simbol-simbol itu merupakan tanda-tanda yang terbaca
yang membawa kembali menuju jati diri yang sebenarnya.
Perjalanan sejarah Bangsa Sasak diwarnai oleh hikmah
yang tertuang dalam berbagai bencana yang menenggelamkan, mengaburkan,
dan menistakan keluhuran Budaya Sasak. Berbagai catatan penekanan, pendangkalan
makna, pengaburan jati diri sampai pembohongan sejarah dengan berbagai
kepentingan para penguasa yang masih berlangsung hingga saat ini, melalui
pencitraan Budaya dan Sejarah Bangsa yang ditulis dengan perspektif dan
kepentingan kolonialisme dan imperialisme modern. Hal itu telah membuat bangsa
ini menjadi bangsa interior yang tak mampu tegak di antara bangsa-bangsa lain
dalam rangka menegakan amanat kefitrahannya sebagai sebuah bangsa.
Sadar akan hal tersebut, kami anak-anak bangsa Sasak
mengumumkan PIAGAM GUMI SASAK sebagai berikut:
Pertama :Berjuang bersama
menggali dan menegakan jati diri bangsa Sasak demi kedaulatan dan
kehormatan Budaya Sasak.
Kedua :Berjuang
bersama memelihara, menjaga, dan mengembangkan khazanah intelektual Bangsa
Sasak agar terpelihara kemurnian, kebenaran, kepatutan, dan keindahannya sesuai
dengan roh budaya Sasak.
Ketiga :Berjuang
bersama menegakan harkat dan martabat bangsa Sasak melalui karya-karya
kebudayaan yang membawa bangsa Sasak menjadi bangsa yang maju dengan menjunjung
tinggi nilai religiusitas dan tradisionalitas.
Keempat :Berjuang bersama membangun
citra sejati bangsa Sasak Baru dengan kejatidirian yang kuat untuk menghadapi
tantangan peradaban masa depan.
Kelima :Berjuang bersama dalam satu
tatanan masyarakat adat yang egaliter,bersatu dan berwibawa dalam bingkai
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan
serta memberkahi perjalanan Bangsa Sasak menuju kemaslahatan seluruh umat
manusia.
Mataram,
14 Mulut Tahun Jenawat / 1437 H
26
Desember 2015
Saat itu
didaulatkan seorang tokoh sejarawan yang bernama Dr. Muhammad Fadjri yang
diberikan hak untuk membacakan Piagam Gumi Sasak. Ia didampingi oleh salah satu
tokoh sastrawan yaitu Murahim M.Pd sebagai pembawa piagam. Suasana penuh
khikmad pun semakin terjadi ketika dilantunkannya sebuah pernyataan yakni “Saya
ingin merdeka dengan kebudayaan saya sendiri” yang membuat orang-orang seisi
ruangan berdiri dan menangis karena terharu. Artinya, rasa bangga masyarakat,
dan tokoh-tokoh yang selama ini tidak mengenal dirinya sendiri akhirnya
menyadari bahwa inilah saatnya masyarakat sasak memilih jati dirinya yang
sebenarnya.
Banyak
tokoh-tokoh masyarakat yang juga ikut terlibat pada saat itu. Terutama
diantaranya mereka yang bertanda tangan di dalam Piagam Gumi Sasak, seperti
ketua majelis adat Sasak yakni Drs. Lalu Bayu Windia, M.Si., tokoh akademisi
budayawan yakni Drs. H. Husni Mu’adz, MA., Ph.D., para tokoh sejarawan, salah
satunya seperti Dr. Muhammad Fadjri, M.A., para tokoh agama salah satunya yakni
TGH. Ahyar Abduh, dan masih banyak tokoh-tokoh masyarakat lain.
Peristiwa ini merupakan
sebuah gerakan kebudayaan untuk menyatukan sikap serta ketegasan budaya suatu
suku untuk menangkal isu-isu miring mengenai suatu budaya. Yang diharap
dikemudian nanti bisa diikuti oleh masyarakat kebudayaan lainnya seperi Jawa,
Aceh, Sumatra dan lain sebagainya.
Sangat menambah wawasan
BalasHapusterimakasih sudah berkunjung di blogku :)
Hapusterimakasih informasinya :)
BalasHapusSama-sama mba :)
Hapussuku sasak memang menakjubkan
BalasHapusartikelnya menambah wawasan mengenai suku sasak
BalasHapusterimakasih telah berkunjung di blogku :)
Hapusmenakjubkan
BalasHapussangat menambah wawasan untuk generasi selanjutnya
BalasHapusTerimakasih telah berkunjung di blogku.
Hapussemoga bermanfaat untuk generasi selanjutnya.
amin
Kapan ada piagam bumi bima ya???
BalasHapusada mba, sama seperti suku sasak, bima pun memiliki piagam yang sama, hanya saja berbeda dikit dengan suku sasak :)
HapusSuku sasak memang berbeda dengan suku lainnya. bangga menjadi suku sasak :)
BalasHapussesuatu simbol kebudayaan yang menyatukan masyarakat. terimakasih informasinya :)
BalasHapussemoga bermanfaat mba :)
Hapussemoga generasi kedepannya bisa mengemban dan tidak lupa dengan piagam ini. amin
BalasHapusAmiin :)
HapusSalam budaya
BalasHapussalam budaya :)
Hapus