Jumat, 05 Januari 2018

PIAGAM GUMI SASAK: SEBUAH SIMBOL JATI DIRI KEBUDAYAAN SUKU SASAK

PIAGAM GUMI SASAK: SEBUAH SIMBOL JATI DIRI KEBUDAYAAN SUKU SASAK



   Tanggal 26 Desember 2015 adalah peristiwa bersejarah bagi kebudayaan yang ada di NTB,khususnya masyarakat Sasak, Samawa, dan mbojo. Pada tanggal itu berkumpul tokoh-tokoh

masyarakat dari tiga kebudayaan tersebut untuk merumuskan semacam sebuah pernyataan sikap yang bertempat di aula Museum Negeri Nusa Tenggara Barat, Lombok. Pernyataan sikap itu dirumuskan sebab keberangkatan dari kegundahan dan kegalauan tentang konsep kebudayaan yang selama ini semakin mengarah pada konsep yang salah dan tak tentu arah. Fenomena yang terjadi adalah banyaknya isu-isu miring tidak mengenakan yang tertulis maupun terlisankan mengenai kebudayaan Sasak, Samawa, dan Mbojo tanpa adanya konfirmasi terlebih dahulu kepada pemilik kebudayaan itu sendiri. Salah satunya permasalahan yang tejadi yaitu aksi saling serang pendapat/ cek-cok antartokoh agama mengenai pemikiran tentang kebudayaan sasak. Maka pada tanggal 26 Desember 2015 lalu beberapa tokoh dari tiga kebudayaan tersebut berkumpul untuk mencetuskan sebuah pernyataan sikap.
          Tokoh-tokoh masyarakat Sasak saat itu adalah satu-satunya ikon kebudayaan yang berani memproklamirkan pernyatakan sikapnya, sehingga saat itu hanya menghasilkan satu pernyataan sikap yang dikenal dengan sebutan Piagam Gumi Sasak. Harapannya, di beberapa bulan kemudian tokoh-tokoh masyarakat dari Samawa dan Mbojo juga akan segera mencetuskan hal yang sama, akan tetapi sampai saat ini belum terlaksana juga. Hal ini tidak diketahui apa penyebabnya. Apakah dikarenakan belum adanya dukungan dari pihak berkepentingan lainnya maupun dukungan dari pemerintah. Tetapi yang jelas, pada tanggal 26 Desember 2015 tokoh -tokoh masyarakat Sasak secara independen tanpa bantuan pemerintah mencetuskan pernyataan sikapnya, yang disebut sebagai Piagam Gumi Sasak. Berikut ini isi naskah dari Piagam Gumi Sasak.
PIAGAM GUMI SASAK
BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

Menjadi bangsa Sasak adalah amanah yang harus dipertanggungjawabkan kepada Allah SWT, dan generasi mendatang. Menunaikan amanah Sasak itu sejatinya merupakan matarantai sejarah kemanusisaan, melalui simbol-simbol yang diletakkan kedalam pemikiran bangsa Sasak  yang  terhampar di Gumi Paer. Simbol-simbol itu merupakan tanda-tanda yang terbaca yang membawa kembali menuju jati diri  yang sebenarnya.
Perjalanan sejarah Bangsa Sasak diwarnai oleh hikmah yang tertuang  dalam berbagai bencana yang menenggelamkan, mengaburkan, dan menistakan keluhuran Budaya Sasak. Berbagai catatan penekanan, pendangkalan makna, pengaburan jati diri sampai pembohongan sejarah dengan berbagai kepentingan para penguasa yang masih berlangsung hingga saat ini, melalui pencitraan Budaya dan Sejarah Bangsa yang ditulis dengan perspektif dan kepentingan kolonialisme dan imperialisme modern. Hal itu telah membuat bangsa ini menjadi bangsa interior yang tak mampu tegak di antara bangsa-bangsa lain dalam rangka menegakan amanat kefitrahannya sebagai sebuah bangsa.
Sadar akan hal tersebut, kami anak-anak bangsa Sasak mengumumkan PIAGAM GUMI SASAK sebagai berikut:
Pertama      :Berjuang bersama menggali dan menegakan jati diri bangsa  Sasak demi kedaulatan dan kehormatan Budaya Sasak.
Kedua          :Berjuang bersama memelihara, menjaga, dan mengembangkan khazanah intelektual Bangsa Sasak agar terpelihara kemurnian, kebenaran, kepatutan, dan keindahannya sesuai dengan roh budaya Sasak.
Ketiga         :Berjuang bersama menegakan harkat dan martabat bangsa Sasak melalui karya-karya kebudayaan yang membawa bangsa Sasak menjadi bangsa yang maju dengan menjunjung tinggi nilai religiusitas dan tradisionalitas.
Keempat   :Berjuang bersama membangun citra sejati bangsa Sasak Baru dengan kejatidirian yang kuat untuk menghadapi tantangan peradaban masa depan.
Kelima   :Berjuang bersama dalam satu tatanan masyarakat adat yang egaliter,bersatu dan berwibawa dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Semoga Allah SWT senantiasa memberikan kekuatan serta memberkahi perjalanan Bangsa Sasak menuju kemaslahatan seluruh umat manusia.
Mataram, 14 Mulut Tahun Jenawat / 1437 H
26 Desember 2015
          Saat itu didaulatkan seorang tokoh sejarawan yang bernama Dr. Muhammad Fadjri yang diberikan hak untuk membacakan Piagam Gumi Sasak. Ia didampingi oleh salah satu tokoh sastrawan yaitu Murahim M.Pd sebagai pembawa piagam. Suasana penuh khikmad pun semakin terjadi ketika dilantunkannya sebuah pernyataan yakni “Saya ingin merdeka dengan kebudayaan saya sendiri” yang membuat orang-orang seisi ruangan berdiri dan menangis karena terharu. Artinya, rasa bangga masyarakat, dan tokoh-tokoh yang selama ini tidak mengenal dirinya sendiri akhirnya menyadari bahwa inilah saatnya masyarakat sasak memilih jati dirinya yang sebenarnya.
          Banyak tokoh-tokoh masyarakat yang juga ikut terlibat pada saat itu. Terutama diantaranya mereka yang bertanda tangan di dalam Piagam Gumi Sasak, seperti ketua majelis adat Sasak yakni Drs. Lalu Bayu Windia, M.Si., tokoh akademisi budayawan yakni Drs. H. Husni Mu’adz, MA., Ph.D., para tokoh sejarawan, salah satunya seperti Dr. Muhammad Fadjri, M.A., para tokoh agama salah satunya yakni TGH. Ahyar Abduh, dan masih banyak tokoh-tokoh masyarakat lain.
Peristiwa ini merupakan sebuah gerakan kebudayaan untuk menyatukan sikap serta ketegasan budaya suatu suku untuk menangkal isu-isu miring mengenai suatu budaya. Yang diharap  dikemudian nanti bisa diikuti oleh masyarakat kebudayaan lainnya seperi Jawa, Aceh, Sumatra dan lain sebagainya.

Rabu, 27 Desember 2017

MENGENAL DAN MEMAHAMI BAHASA DAN AKSARA NTB


MENGENAL DAN MEMAHAMI BAHASA DAN AKSARA NTB

Naskah adalah tulisan tangan yang menyimpan  berbagai ungkapan pikiran dan perasaan sebagai hasil budaya bangsa lampau. Naskah yang terdapat di NTB, dibagi menjadi dua, yaitu naskah Lombok dan naskah Sumbawa. Kedua naskah ini, masing-masing mempunyai perbedaan yang menjadi cirri khasnya. Naskah Lombok beraksara Jejawan (Jawa-Sasak) dan bahasa Sasak, sedangkannaskah Sumbawa beraksara Jontal dan bahasa Sumbawa atau Bima.
Perbedaan asksara dan bahasa tadi dikarenakankeduanya mempunyai pengaruh budaya yang berbeda. Tradisi tulisa di Lombok mendapatnpengarh dari Jawa dan Bali, seperti aksara, bahasa, dan sistem penulisan (menggunakan tembang). Sumbawa mendapat pengaruh dari budaya Bugis, dan Arab-Melayu. Naskah-naskah yang menggunakan aksara dan bahasa di luar NTB ini, menunjukkan keragaman budaya yang masuk ke-NTB melalui tradisi tulis.
Keberdaan naskah-naskah NTB tadi jumlahnya sangat banyak, baik terdapat di masyarakat menjadi milik perorangan atau kelompok, maupun di pusat-pusat studi dan pelestarian kebudayaan yng ada di dalam dan luar negeri. Museum NTB sendiri, sampai tahun 2010 memiliki koleksi naskah sebanyak 1.392 buah.
(Narasumber: Museum NTB)

Senin, 25 Desember 2017

KEUNIKAN ADAT PERNIKAHAN DAN TRADISI NYONGKOLAN SUKU SASAK


ADAT PERNIKAHAN DAN TRADISI NYONGKOLAN SUKU SASAK
Adat perkawinan Sasak dikenal ada delapan tahapan yang harus dilewati. Pertama, midang (meminang), yang termasuk bagian dari midang ini adalah ngujang (ngunjungi pacar di luar rumah) dan bejambe’ atau mereweh (pemberian barang kepada calon perempuan untuk memperkuat hubungan).
Kedua, pihak laki-laki harus mencuri (melarikan) penganten perempuan. Hal ini dilakukan untuk menjaga martabat (harga diri) keluarga. Tradisi hidup adat Sasak yang beranggapan bahwa memberikan perempuan kepada laki-laki tanpa proses mencuri itu sama halnya dengan memberikan telur atau seekor ayam”.
Ketiga, pihak laki-laki harus melaporkan kejadian kawin lari itu kepada kepala dusun tempat pengantin perempuan tersebut tinggal, yang dikenal dengan istilah selabar (nyelabar). Kemudian utusan laki-laki memberitahukan langsung kepada keluarga pihak perempuan tentang kebenaran terjadinya perkawinan itu yang biasa dikenal dengan mesejati. Agar perkawinan itu bisa terlaksana menurut hukum Islam. Keluarga pengantin laki-laki melakukan tradisi mbait wali, yakni permintaan keluarga laki-laki supaya wali dari pihak perempuan menikahkan anaknya dengan cara Islam. Selabar, mesejati dan mbait wali merupakan satu kesatuan yang tidak bisa dipisahkan, sebab dengan tiga proses ini perkawinan baru dapat dilaksanakan secara Islam. Dalam proses mbait wali ini dilakukan pembicaraan (tawar-menawar) uang pisuka (jaminan) dan mahar (maskawin).
Keempat, pelunasan uang jaminan dan mahar. Pihak laki-laki dituntut untuk membayar uang jaminan kepada pihak keluarga perempuan. Jika pihak laki-laki tidak dapat memberikan uang jaminan, dapat dipastikan perkawinan akan gagal.
Kelima, setelah pelunasan pembayaran uang jaminan, barulah dilakukan akad nikah dengan cara Islam. Keenam, sorong doe atau sorong serah, yakni acara pesta perkawinan atau resepsi pernikahan pada waktu orang tua si gadis akan kedatangan keluarga besar mempelai laki-laki, yang semua biayanya menjadi tanggung-jawab pihak laki-laki.
Ketujuh, nyongkolan, yaitu mengantarkan kembali pihak perempuan pada pihak keluarganya. Biasanya dalam acara ini pasangan pengantin diiringi keliling kampung dengan berjalan kaki diiringi musik tradisional (gendang belek dan kecimol).
Secara lebih sederhana, kedelapan prosesi itu dapat dikelompokkan menjadi empat, yakni proses perkenalan (midang, beberayean atau bekemelean, subandar), lari bersama untuk kawin (melaiang atau merari’, sejati, selabar), dan akad nikah dan proses penyelesaiannya (ngawinang, sorong serah, pembayun, nyongkolan, dan bales nae). Jika dilihat dari acara adat Sasak, prosesi perkawinan tersebut dapat juga dibagi menjadi tiga, yakni adat sebelum perkawinan (midang, ngujang, bejambe’ atau mereweh, dan subandar), adat dalam proses perkawinan (memulang atau melarikan, sejati atau pemberitahuan, pemuput selabar, sorong doe atau sorong serah, dan nyongkol), dan adat setelah perkawinan (bales nae).
Tradisi adat Sasak Lombok ini sebenarnya sudah banyak yang paralel dengan ajaran Islam, seperti soal pisuke dan nyongkolan.  Pisuke sesuai dengan namanya tidak boleh ada unsur pemaksaan, tetapi harus ada kerelaan keluarga kedua belah pihak. Pemberian pisuke dalam budaya sasak bukan berarti memperjualbelikan anak perempuan. Namun, pemberian uang/barang pisuke lebih dimaknai sebagai penghargaan atas jerih payah yang dilakukan oleh keluarga sang gadis dalam membesarkan dan mendidiknya selama puluhan tahun, hingga dewasa dan siap dinikahkan. Selain itu, diharapkan dengan adanya tradisi pemberian pisuke akan mengurangi kebiasaan pria untuk melakukan kawin cerai, yang dampak negatifnya banyak tertumpu kepada pihak perempuan. Dengan adanya tradisi tersebut, nantinya bisa menjadi pemikiran dan pertimbangan jika suatu saat sang pria hendak menceraikan istrinya.
Demikian juga acara nyongkolan merupakan sarana pengumuman dan silaturrahmi sebagaimana yang dianjurkan oleh Nabi Muhammad saw.
Filosofi dari tradisi nyongkolan adalah mengantar kembali pulang mempelai perempuan kepada pihak keluarganya, stelah beberapa hari atau bahkan ada yang sampai 1 bulanan,  yang diiringi oleh ratusan bahkan ribuan masyarakat, termasuk iringan-iringin musik tradisional khas daerah Lombok. Hal ini menujukkan bahwa sang perempuan adalah pihak yang harus dihormati dan dijunjung tinggi kodratnya. Dengan demikian, baik mempelai perempuan maupun pihak keluarganya merasa dihargai dan dihormati, mengingat tradisi ini biasanya diikuti dengan prmohonan maaf dari pihak mempelai laki-laki kepada sang istri dan juga keluarganya.


Narasumber : Muslihun, M.Ag

Minggu, 15 Maret 2015

Laporan pratikum biologi "RESPIRASI PADA SERANGGA (JANGKRIK)"

LAPORAN PRATIKUM BIOLOGI
RESPIRASI PADA SERANGGA (JANGKRIK)

 
DISUSUN:

CHAIRUNNISAH (NISN 9965380246)
                                      



SMAN 1 BOLO
Tahun ajaran 2014-2015



KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas petunjuk, rahmat, dan hidayah-Nya, saya dapat menyelesaikan Laporan Pratikum biologi tentang respirasi pada serangga (jangkrik) tanpa ada halangan apapun sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Laporan pratikum biologi yang telah saya susun ini dibuat dalam rangka memenuhi ujian pratikum Sekolah
Dengan ini saya menyadari bahwa Laporan ini tidak akan tersusun dengan baik tanpa adanya bantuan dari pihak-pihak terkait. Oleh karena itu, pada kesempatan ini tidak lupa juga saya mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu saya dalam kegiatan praktikum biologi maupun dalam penyusunan Laporan ini.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya Saya sampaikan kepada :
  • Bapak  Saidin S.Pd, M.Pd selaku Kepala Sekolah SMAN 1 BOLO.
  • Bapak Anas S.Pd selaku guru pembimbing  biologi kelas XII
  • Bapak Abdollah S.Pd selaku guru pembimbing biologi kelas XI
  • Ibu Fatmah S.Pd selaku guru pembimbing biologi kelas X
  • Bapak Ovan Pramana Putra S.Pd selaku guru pembimbing biologi kelas X
  • Orang Tua tercinta yang mana telah membantu kami dalam segi material maupun dalam segi motivasi selama dalam penyusunan Laporan ini.
  • Dan semua pihak lain yang telah ikut serta memberikan bantuan dan dorongan dalam proses penyelesaian Laporan Praktikum biologi.
Saya  menyadari bahwa Laporan ini masih jauh dalam kesempurnaan, oleh karena itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan Laporan ini.
Akhir kata, saya mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila dalam penyusunan Laporan ini terdapat banyak kesalahan. Semoga Laporan ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis Laporan ini dan pada umumnya bagi para pembaca.

Rato, Maret 2015
Penyusun

Chairunnisah




DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…………………..……………………………………………………2
DAFTAR ISI……………………………….…………………………………………………3
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………….………………………4
A.                 LATAR BELAKANG……………………………………..………………………4
B.                 TUJUAN PRATIKUM…………………………………………………………….4
C.                 MANFAAT PRATIKUM…………………………………...……………………..4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………….………………5
BAB III METODELOGI PRATIKUM……………………………………….……………8
A.                 ALAT DAN BAHAN…………………………………………………..……………8
B.                 CARA KERJA………………………………………………………...…………….8
BAB IV TABEL HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN………………………9
A.                 TABEL PENGAMATAN………………………………………………….……….9

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………………………..12



BAB I
PENDAHULUAN

A.   Latar Belakang
Setiap makhluk hidup pasti bernapas. Bernapas adalah proses memasukkan serta mengeluarkan udara ke dan dari dalam tubuh. Udara yang dimasukkan itu mengandung oksigen, sedangkan udara yang dikeluarkan mengandung karbondioksida serta uap air. Oksigen yang masuk digunakan tubuh untuk melakukan proses respirasi, yaitu proses pemecahan zat-zat makanan untuk menghasilkan energi. Energi tersebut digunakan makhluk hidup untuk melakukan seluruh aktivitas kehidupannya. Selain menghasilkan energi, respirasi juga menghasilkan karbondioksida dan uap air yang akan dikeluarkan dari dalam tubuh melalui proses bernapas. Pada setiap mahkluk hidup (manusia dan vertebrta)Dalam pernapasan di lakukan dua tahap :
a. pertukaran gas dari udara luar atau udara bebas ke dalam sel-sel darah pada jaringan epitel selaput aveolus.pertukaran gas ini di kenal dengan Pernapasan luar atau respirasi eksternal
b. pertukaran gas daari sel-sel darah dalam kapiler dengan sel-sel jaringan tubuh. Pertukaran gas ini di kenal dengan Pernapasan dalam atau Respirasi internal
Respirasi secara umum merupakan salah satu gejala fisiologis makhluk hidup untuk memperoleh energi dengan cara pembongkaran sari makanan melalui pengambilan oksigen (O2) dan pengeluaran karbondioksida (CO2).
Di dalam praktikum ini, akan dijelaskan bagaimana pernapasan atau respirasi pada hewan yakni belalang.
B.   Tujuan Praktikum
Tujuan praktek ini adalah untuk mengetahui faktor banyak sedikitnya oksigen yang diperlukan oleh hewan pada saat bernapas per satuan waktu.

C.   Manfaat Praatikum
Beberapa manfaat yang bisa kita peroleh dari percobaan/penelitian yang kita lakukan yaitusebagai berikut.
Bagi siswa → Manfaat bagi siswa dengan adanya penelitian/percobaan ini yaitu pengetahuan siswa tentang faktor banyak sedikitnya oksigen yang diperlukan oleh hewan pada saat bernapas per satuan waktu dan system pernapasan atau respirasi pada hewan.Ø
Bagi guru → Manfaat bagi guru melalui penelitian/percobaan ini yaitu guru dapat mengetahui tingkat pemahaman siswa akan cara melakukan uji praktek dalam hal ini mengenai pernapasan atau respirasi pada hewan yakni belalang.Ø


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Bernafas merupakan salah satu ciri dan aktivitas makhluk hidup. Istilah pernafasan sering di sama artikan dengan istilah Respirasi, walau sebenarnya kedua istilah tersebut secara harfiah berbeda. Pernafasan (breathing) berarti menghirup dan menghembuskan nafas. Bernafas berarti memasukkan udara dari lingkungan luar ke dalam tubuh dan mengeluarkan udara sisa dari dalam tubuh ke lingkungan luar. Sedangkan respirasi (respiration) berarti suatu proses pembakaran (oksidasi) senyawa organik (bahan makanan) di dalam sel guna memperoleh energi.
Pada hewan – hewan tingkat tinggi terdapat alat untuk proses pernafasan, yakni berupa paru – paru, insang atau trakea, sementara pada hewan – hewan tingkat rendah dan tumbuhan proses pertukaran udara tersebut dilakukan secara langsung dengan difusi melalui permukaan sel–sel tubuhnya. Dari alat pernafasan, oksigen masih harus di angkut oleh darah atau cairan tubuh ke seluruh sel tubuh yang membutuhkan. Selanjutnya oksigen tersebut akan dimanfaatkan untuk oksidasi di dalam sel guna menghasilkan energi.
Respirasi bertujuan untuk menghasilkan energi. Energi hasil respirasi tersebut sangat diperlukan untuk aktivitas hidup, seperti mengatur suhu tubuh, pergerakan, pertumbuhan dan reproduksi. Jadi kegiatan pernafasan dan respirasi tersebut saling berhubungan karena pada proses pernafasan dimasukkan udara dari luar (oksigen) dan oksigen tersebut digunakan untuk proses respirasi guna memperoleh energi dan selanjutnya sisa respirasi berupa gas karbon dioksida (CO2) dikelurkan melalui proses pernafasan.
Karena hewan-hewan tingkat rendah dan tumbuhan tidak memiliki alat pernafasan khusus sehingga oksigen dapat langsung masuk dengan cara difusi, maka sering kali istilah pernafasan disamakan dengan istilah respirasi. Dengan demikian perbedaan kedua istilah itu tidak mutlak.
Untuk bernafas, hewan-hewan tertentu memiliki alat pernafasan. Alat-alat pernafasan tersebut berperan dalam proses pemasukan oksigen dari lingkungan luar ke dalam tubuh serta pengeluaran CO2 dari tubuh kelingkungan luar. Alat-alat pernafasan pada hewan berbeda-beda sesuai dengan perkembangan struktur tubuh dan tempat hidupnya. Hewan darat menggunakan paru-paru untuk bernafas dan pada kelompok burung, paru-paru dilengkapi dengan kantong udara. Pada katak dewasa selain menggunakan paru-paru juga menggunakan kulit untuk membantu pernafasan. Hewan yang hidup diperairan (hewan akuatik), misalnya ikan dan udang mempunyai insang. Serangga umumnya mempunyai alat perrnafasan berupa trakea dan hewan invertebrata yang lain memiliki organ yang berbeda pula.
Alat pernafasan hewan pada dasarnya berupa alat pemasukan dan alat pengangkutan udara. Apabila alat pemasukan ke dalam tubuh tidak ada, maka pemasukan oksigen dilakukan dengan cara difusi, misalnya pada protozoa. Pada cacing tanah, oksigen masuk secara difusi melalui permukaan tubuh, kemudian masuk ke pembuluh darah. Di dalam darah, oksigen di ikat oleh pigmen-pigmen darah, yaitu hemoglobin yang larut dalam plasma darah. Pada hewan lain, hemoglobin terkandung di dalam sel darah merah (eritrosit).
Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi oleh tubuh per satuan waktu. Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi merupakan proses ekstrasi energi dari molekul makanan yang bergantung pada adanya oksigen. Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat dituliskan sebagai berikut:
C6H12O6 + 6O2 → 6 CO2 + 6H2O + ATP
Oksigen atau zat asam adalah adalah unsur kimia dalam sistem tabel periodik yang mempunyai lambang O dan nomor atom 8. Ia merupakan golongan unsur kalkogen dan dapat dengan mudah bereaksi dengan semua unsur lainnya. Pada temperatur standar, dua atom berikatan menjadi dioksigen, yaitu senyawa gas diatomik dengan rumus O2 yang tidak berwarna, tidak berasa, dan tidak berbau.
Laju respirasi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
a.       Ketersediaan substrat. Tersedianya substrat pada tanaman merupakan hal yang penting dalam melakukan respirasi. Tumbuhan dengan kandungan substrat yang rendah akan melakukan respirasi dengan laju yang rendah pula. Demikian sebliknya bila substrat yang tersedia cukup banyak maka laju respirasi akan meningkat.Ketersediaan Oksigen. Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing-masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fluktuasi normal kandungan oksigen di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah oksigen yang dibutuhkan tumbuhan untuk berrespirasi jauh lebih rendah dari oksigen yang tersedia di udara.
b.      Suhu. Pengaruh faktor suhu bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu sebesar 10oC, namun hal ini tergantung pada masing-masing spesies.Tipe dan umur tumbuhan. Masing-masing spesies tumbuhan memiliki perbedaan metabolsme, dengan demikian kebutuhan tumbuhan untuk berespirasi akan berbeda pada masing-masing spesies. Tumbuhan muda menunjukkan laju respirasi yang lebih tinggi dibanding tumbuhan yang tua. Demikian pula pada organ tumbuhan yang sedang dalam masa pertumbuhan.
Serangga mempunyai alat pernapasan khusus berupa system trachea yang berfungsi untuk mengengkut dan mengedarkan O2 ke seluruh tubuh serta mengangkut dan mengeluarkan CO2 dari tubuh. Trschea memanjang dan bercabang-cabang menjadi saluran hawa halus yang masuk ke seluruh jaringan tubuh oleh karena itu, pengangkutan O2 dan CO2 dalam system ini tidak membutuhkan bantuan sitem transportasi atau darah.
Udara masuk dan keluar melalui stigma, yaitu lubang kecil yang terdapat di kanan-kiri tubuhnya. Selanjutnya dari stigama, udara masuk ke pembuluh trachea yang memanjang dan sebagian ke kantung hawa.
Pada serangga bertubuh besar terjadinya pengeluaran gas sisa pernafasan terjadi karena adanya pengaruh kontraksi otot-otot tubuh yang bergerak secara teratur.
Trakea adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat.
Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menuju pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.
Sistem pernafasan pada serangga mengenal dua sistem, yaitu sistem terbuka dan sistem tertutup. Digunakan alat/organ yang disebut spirakulum (spiracle), juga tabung-tabung trakhea dan trakheola. Tekanan total dari udara sebenarnya merupakan jumlah tekanan gas N2, O2, CO2 dan gas-gas lain. O2 sendiri masuk ke dalam jaringan dengan satu proses tunggal: adanya tekanan udara dalam jaringan. Tekanan O2 dengan demikian harus lebih besar daripada tekanan udara dalam jaringan, sebaliknya tekanan CO2 dalam jaringan harus lebih besar dibanding yang ada di udara.(lihat gambar sel respirasi). Laju diffusi diukur dengan rumus 1/d (sebagai suatu peristiwa diffusi pasif).



BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM

Dalam praktikum ini, kami diberi tugas untuk mengidentifikasi proses respirasi pada serangga yaitu Belalang serta mengamati proses respirasi dengan menggunakan respirometer. Setelah belalang tersebut melakukan proses respirasi di dalam respirometer dan terlihat pergerakannya lalu mencatat proses respirasi tersebut beserta keterangannya serta disusun dalam suatu Laporan Praktikum.
Sebelum melakukan praktikum terlebih dahulu kita menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Setelah apa yang dibutuhkan telah siap maka kita dapat melakukan praktikum dengan pertama-tama menangkap serangga yang akan diamati yaitu Belalang. Kemudian dimasukkan ke dalam respirometer yang sebelumnya telah di beri Kristal KOH dan dilapisi oleh kapas. Setelah dimasukkan ke dalam respirometer kemudian pada sambungan atau tutup respirometer diolesi vaselin/plastisin supaya udara dari luar tidak masuk ke dalam respirometer dan setelah itu pada ujung respirometer ditetesi larutan eosin, kemudian mengamati pergerakan larutaan eosin ke arah belalang dan mencatat berapa cm per menitnya di lembar praktikum guna bahan menyusun laporan praktikum.
A.   Alat dan Bahan :
1.      Respirometer sederhana
2.      Timbangan/Neraca lengan tiga
3.      2 ekor jangkrik/ serangga lain.
4.      Kristal NaOH/KOH
5.      Eosin
6.      Vaselin/plastisin
7.      Kapas
8.      Pipet/siring/alat suntik
B.   Cara Kerja
1.      Timbang masing-masing belalang/serangga, catat beratnya
2.      Bungkus kristal NaOH / KOH dengan kapas, lalu masukan dalam tabung respirometer
3.      Masukkan 1 (satu)  belalang yang telah ditimbang beratnya ke dalam botol respirometer, kemudian tutup dengan pipa berkala.
4.      Oleskan vaselin plastisin pada celah penutup tabung.
5.      Tutup ujung pipa yang berskala dengan jari ± 1 menit, kemudian lepaskan dan masukkan setetes eosin dengan menggunakan pipet/alat suntik (siring).
6.       Amati dan catat perubahan eosin ( setelah masuk garis skala ) pada pipa berskala setiap 2 menit selama 10 menit ( 5 kali dicatat )
7.      Lakukan percobaan yang sama (no 1 sampai dengan 7) dengan menggunakan belalang yang berbeda (lain)


BAB IV
TABEL HASIL PENGAMATAN
 DAN PEMBAHASAN
A.   Table pengamatan
Data Hasil Pengamatan
NO
Organisme
Berat (gr)
Skala kedudukan Eosin per 2 menit
Rata2
Aktifitas organisme
Ket
I
II
III
IV
V
1
Jangkrik
0,45 gr
0,12 ml
0,23 ml
0,29 ml
0,36 ml
0,4 ml
0,28 ml
Bergerak
-
2
Jangkrik
0,05 gr
0,25 ml
0,4 ml
0,5 ml
0,59 ml
0,65 ml
0,49 ml
Bergerak
-

Pertambahan sakala pada tiap 2 menitnya
NO
Organisme
Berat (gr)
PERTAMBAHAN TIAP 2 MENITNYA
Rata2
Aktifitas organisme
Ket
I
II
III
IV
V
1
Jangkrik
0,45 gr
0,12 ml
0,11ml
0,06 ml
0,07 ml
0,04 ml
0.08 ml
Bergerak
-
2
Jangkrik
0,05 gr
0,25 ml
0,15 ml
0,1 ml
0,09 ml
0,06 ml
0,13 ml
Bergerak
-
Catatn : 1 skala kecil sama dengan 0,01 ml
Pertanyaan :
1.      Apa yang menyebabkan kedudukan eosin pada pipa berskala berubah?
Jawab : Yang menyebabkan yaitu hewan tersebut menghirup oksigen dalam pipa skala itu. Karena serangga dalam respirometer menghirup udara O2 melalui pipa berskala sehingga cairan eosin dapat bergerak
2.      Apa pengaruh berat tubuh organisme dengan jumlah/perubahan kedudukan eosin pada pipa berskala?
Jawab: Pengaruh berat tubuh organisme, semakin berat tubuh organisme (jangkrik/belalang) maka akan semakin membutuhkan oksigen sehingga semakin cepat respirasinya, jika berat organisme (jangkrik/belalang) ringan maka semakin sedikit oksigen yang dibutuhkan sehingga makin lama respirasinya.
3.      Apa pengaruh aktifitas organisme dengan jumlah/perubahan kedudukan eosin pada pipa berskala?
Jawab: Organisme yang melakukan aktivitas memerlukan energi. Jadi pengaruhnya yaitu, jika semakin tinggi aktivitasnya, maka semakin banyak kebutuhan energinya, sehingga pernafasannya semakin cepat. 
4.      Berapa oksigen yang dibutuhkan oleh masing-masing organisme?
Jawab: oksigen yang dibutuhkan jangkrik pertama adalah 0,08 ml , dan jangkrik ke2 adalah 0,13 ml
5.      Apa fungsi kristal NaOH/KOH dalam percobaan tersebut?
Jawab: Fungsi dari larutan ini adalah untuk mengikat CO2, sehingga pergerakan darilarutan eosin benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen. Adapun reaksiyang terjadi antara KOH dengan CO2 adalah sebagai berikut:  KOH + CO2 → K2CO3 + H2O
6.      Buatlah analisis dan kesimpulan?
Jawab: Berdasarkan percobaan yang saya lakukan didapatkan analisis data pengamatan yang berupa kenaikan dan penurunan laju pernafasan pada percobaan.
            Pada percobaan pertama yang saya lakukan di 2 menit pertama pada jangkrik yang bertubuh kecil didapatkan perpindahan titik eosin yang menujukkan skala 0,12 ml dengan perlakukan yang sama di menit yang ke-4 menunjukkan skala 0,23 ml yang mana terjadi pertambahan 0,11 ml lalu di menit ke -6 eosin bergeser ke 0,29 ml yang mana terjadi pertamabahan sebesar 0,06 ml dari 2 menit sebelumnya, saya mengujinya lagi di menit ke 8 yang mana masih terjadi laju perpindahan tinta menunjuk ke skala 0,36 ml yang juga terjadi pertambahan sebanyak 0,07 ml dari skala awal. Untuk pengujian di menit ke 10 saya melihat masih terjadi pergerakan eosin dari skala 0,36 ml menuju ke skala 0,4 ml dengan pertambahan skala 0,04 ml. Dapat dilihat perubahan pertambahan skala dari yang awalnya besar menuju ke pertambahan yang sedikit yaitu dari menit ke 2 sampai menit ke 10 ; dari 0,12 ml ;0,11ml;0,06 ml; 0,07 ml; 0,04 ml terjadi penurunan skala
                                                Pada percobaan ke kedua saya melakukan hal yang sama dengan percobaan yang pertama dengan tempat, bahan dan alat yang sama saya melakukan pengujian tetapi dengan object yang berbeda yaitu jangkrik yang ukurannya lebih besar, pada 2 menit pertama saya melihat skala yang di tunjukkan oleh eosin adalah 0,25 ml pada menit ke 4 saya melihat pergerakan eosin menuju ke skala 0,4 ml yang mana terjadi pertambahan 0,15m. Pada menit ke -6 saya mengamati lagi dan eosin menunjukkan skala 0,5 ml sehingga terjadi pertambahan 0,1ml pada menit ke-6. saya mengamati kembali di menit ke-8 eosin menunjukkan skala 0,59ml itu menunjukkan pertambahan sebesar 0,09ml yang kemudian di menit ke 10 saya mengamati eosin menunjukkan skala 0,65 dan terlihat pertambahan sekitar 0,06 ml. Untuk ukuran jangkrik yang besar ini analisis data menunjukkan penurunan juga yaitu dengan skala dari 0,05ml;0,25ml;0,15ml;0,1ml;0,09ml;0,06ml.
Maksud dari penggunaan KOH berbentuk kristal  pada percobaan diatas ini adalah sebagai pengikat gas hasil respirasi dari serangga yaitu gas CO2 yang dihembuskan ke ruangan respirometer. Penggunaan eosin pada percobaan dapat menunjukkan skala oksigen yang di gunakan pada proses respirasi jangkrik. Yang mana oksigen di dalam respirometer tersebut dapat dihitung dari skala yang ada melalui pergerakannya.  saat eosin bergerak maka dapat diketahui jika jangkrik sedang mulai bernafas atau menghirup O2 bebas yang tersedia di respirometer. Kecepatan pernafasannya per 2 menit dapat dilihat dari pergerakan yang ada pada titik awal skala sampai titik akhir skala . Pada keduanya jangkrik yang besar ataupun yang kecil laju pernafasannya melambat setelah menit ke 6 sampai ke 10 ini diakibatkan oleh kondisi O2 yang semakin lama semakin berkurang di ruang respirometer. Pada jangkrik yang bertubuh besar kebutuhan oksigennya lebih banyak dapat dilihat dari data pengamatan skalanya jauh lebih cepat di banding jangkrik yang bertubuh kecil. Disini massa atau berat tubuh jangkrik sangat mempengaruhi. Semakin besar tubuh jangkrik atau organisme maka semakin banyak O2 yang dibuthkan untuk proses respirasi berarti ukuran tubuh berbanding lurus dengan kebutuhan oksigen.  
KESIMPULAN
Dari percobaan saya lakukan dapat di simpulkan beberapa hal terkait dengan pernafasan pada jangkrik yaitu;
1.      Jankrik bernafas dengan menghirup oksigen dan mengeluarkan karbondioksida.
2.      Fungsi dari KOH dalam percobaan adalah untuk mengikat gas buangan karbondioksida dari pernafasan jangkrik.
3.      Fungsi eosin pada percobaan sebagai petunjuk laju kecepatan pernafasan.
4.      faktor – faktor yang mempengaruhi pernafasan pada jangkrik  adalah ukuran atau berat badan tubuh jangkrik, ketersediaan oksigen yang cukup dalam ruangan (respirometer), suhu ruangan.





DAFTAR PUSTAKA